Rabu, 11 Februari 2015

Cerita lucu masyarakat Kaloling Sinjai Timur sulsel


          Cerita lucu Masyarakat Kaloling Sinjai Timur
                                                     Oleh : A Rauf TM Pasanre MA


                  Kibata ala Nippon atau Jepang

Pendudukan Jepang di Indonesia bila diukur dari masa jeda atau waktu , maka Jepang terbilang bangsa asing alias bangsa penjajah yang  memiliki kesempatan menjajah rakyat Indonesia  yang sangat singkat. Akan tetapi Negara Jepang itu mampu memanfaat kesempatan dalam kesempitan tersebut. Sehingga bangsa Indonesia betul-betul merasakan  pahitnya sebagai bangsa yang terjajah. Bias penjajahan Jepang itu, amunisi kekejamannya dirasakan oleh masyarakat di berbagai sisi kehidupan. Disamping itu, kejadiannya hampir merata diseluruh tanah air Indonesia tanpa memandang suku, ras, dan agama masyarakat yang ada. Bahkan pada sisi politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya, tidak tersisahkan sebagai lahan untuk mengekpresi visi dan misi jajahannya. Masyarakat pada waktu itu dikungkung dalam ketidakberdayaan. Berbagai aktifitas keseharian masyarakat Indonesia senantiasa dalam pengawasan dan intimidasi. Karakter dan bakat anak-anak bangsa di ibu pertiwi Indonesa tercinta ketika itu dibiarkan layu sebelum berkembang. Masyarakat Indonesia dimata penjajah hanya sebatas bahan ekploitasai yang tak ubahnya bagaikan sapi perahan, yang dibutuhkan hanya sumber daya pisiknya. Sedangkan sumber daya mental, seperti ide, gagasan, kreatifitas, iptek dan imtak, dan sebagainya tak memiliki ruang khusus dalam pola pikir mereka, bahkan hanya  diabaikan begitu saja.
Bukti kongkrit bahwa  karakter penjajah itu  identik dengan kekerasan, sadisme, dan lain sebagainya. Hal ini dapat diungkap pada cerita  Si Kate atau Pak, Kate Nembong di Kampung Kaloling Sinjai Timur. Ceritanya: pada suatu hari pak Kate Nembong menggiring ternakannya ke padang rumput sekitar leppong galingkangnge. Pada waktu itu pula matahari sangat cerah. Sinarnya pun turut menyaksikan pak Kate Nembong bermain kejar-kejaran dengan teman-teman gembalanya. Ketika matahari berada pada posisi luruh dari kepala ke kaki itu menunjukkan bahwa perjalanan matahari  sudah separuh dari pengitarannya. Pada saat itu, pak Kate Nembong sudah mulai lelah dan merasakan haus dan lapar. Akan tetapi persiapan makanan tidak ada, yang ada hanya ubi kayu mentah yang tidak dapat langsung dikonsumsi. Maka berenunglah Pak Kate Nembong sejenak  pada waktu itu,bagaimana cara untuk mendapatkan api pada situasi seperti sekarang ini. Dan pada  akhirnya teringatlah olehnya kejadian pada  masa silang  bahwa pada suatu waktu pernah  menyaksikan kejadian kebakaran hutan, tetapi menurutnya tidak ada orang yang sengaja membakarnya. Dari hal itu, pak Kate Nembong mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kebakaran itu disebabkan oleh kayu yang saling bergesekan sehingga dapat menimbulkan api.
Pengalaman pak Kate Nembong sebagaimana tersebut di atas, menginspirasinya sehinnga timbul inisiatif untuk mempraktekkannya. Dan bertepatan dengan itu pula, datang seorang Jepang atau Nippon menyaksikan Pak Kate Nembong membuat api. Mula-mula Pak Kate Nembong mengambil Bambu Kering ukuran 30 cm dan dibelah dua, lalu dibuatkannya penggosok dari bambo juga tetapi dibuat atau dibentuk lebih kecil, modelnya seperti pisau yang ada matanya.Selanjutnya, punggung bamboo tersebut digosok dengan posisi melintang. Cara menggosoknya yakni tidak boleh terputus dan semakin lama harus semakin kencang. Pada saat itu, ampas gosokan yang halus berkumpul sebelah menyeblah, kemudian timbul asap dan akhirnya menjadi api. Sungguh gembira Pak Kate Nembong karena percobaannya berhasil sempurna. Namun  seorang Jepang yang menyaksikannya dari awal percabaan Pak Kate Nembong bukanlah memberikan  ucapan selamat pada Pak Kate Nembong atas keberhasilannya. Akan tetapi Si Jepang atau Si Nippon yang sejak awal hanya senyum-senyum melihat Pak Kate Nembong membuat api. Malahan hanya menghampiri Pak Kate Nembong lalu menarik tangannya kemudian menutup telinga kirinya Pak Kate Nembong , lalu menghantamnya dari sebelah kanan. Itulah yang disebut Kibata ala Jepang atau Nippon. Sebuah  hadiah bagi pak Kate Nembong di Kaloling Sinjai Timur.
                                        


         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar