Selasa, 10 Februari 2015

Marhaban ya Ramadhan


Marhaban  Ya   Ramadhan
                                    Oleh  : Drs  Abdul rauf TM Pasanre  MA

Ekpresi seluruh masyarakat Muslim  dan Muslimah di Indonesia dalam  menyongongg datangnya bulan suci  ramadhan ditunjukkan denggan berbagai aktivitas keagamaan yang sebahagiannya bernuuansa euforia keagamaan atau  wujud kegembiraan yang terbilang berlebihan. Penyambutan itu diterjemahkan olehnya menurut  versi  masin-masing. Semisal adanya aktiivitas kegembiraan yang berupa pawai  keliling  kampung, ada yang  ziarah kubur, ada yang pesta kembang api, ada yang mengadakan pembersihan ditempat-tempat ibadah,  dan lain-lan sebagainya.
Gema kegemmbiraan bulan suci ramadhan itu, bias pantulannya  merambah tidak hanya terbatas pada golongan dan kelompok tertentu saja. Akan tetapi mulai  dari anak-anak,,  remaja , orang tua, bahkan remaja masjid,  imam  masjid, dan penceramah. Kesemuanya itu tak ketinggalan dalam mengambil peran  dalam menikmati pancaran cahaya keagungan dan kesucian bulan ramadhan. Mereka turut serta menjadi pelaku utama  amaliah rammadhan sesuai dengan  kapasitas yang dimilikinya.
Makna kedatangan Bulan Suci Ramadhan bagi masyarakat muslim dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Bulan Suci Ramadhan bagi Anak-Anak
Kedatangan bulan suci ramadhan bagi anak-anak dijadikannya momentum awal terjadinya intraksi sosial yang lebih luas. Mereka baru belajar bersosialisasi dalam bentuk shalat berjamaah, makan kue gratis pada waktu buka bersama. Pikiran anak-anak atau yang dipahami oleh mereka selama ini kalau mau makan kue harus dibeli atau di buat sendiri oleh ibunya.Ternyata  pada bulan suci ramadhan  semua itu gratis. Dari sini mereka bisa menarik kesimpulan bahwa manusia tidaklah mungkin  hidup secara individual maksudnya adalah manusia itu pasti membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi lain bagi anak-anak dengan datangnya bulan suci ramadhan selain yang telah disinggung diatas, yakni dapat bertemu dengan teman lama, seperti teman TK, SD,  teman tetangga lama, dan sebagainya.
Oleh karena itu, dengan momen-momen penting dan mengesankan yang dialami oleh anak-anak pada bulan suci ramadhan itu membuat mereka senantiasa menginginkan  atau merindukan selalu datangnya bulan yang penuh berkah itu.
b.      Bulan Suci Ramadhan bagi Remaja
Remaja memaknai bulan suci ramadhan tentunya sangat bervariasi. Ada yang menyambut datangnya  bulan suci ramadhan dengan kegiatan yang positif, ada yang menyambut datangnya bulan suci ramadhan dengan menjadikan ajang pertemuan jodoh, ada juga kelompok yang pesimis atau kelompok remaja yang tidak punya program apa-apa, baginya tidak terlalu menaru harapan terhadap bulan suci ramadhan, dan lain sebagainya.  
1.      Kelompok yang optimis terhadap keberadaan bulan suci ramadhan. Mereka sangat paham betul tentang fadilah-fadilah atau  keutamaan bulan puasa yakni  bulan yang penuh berkah. Keoptimisan mereka berangkat dari sebuah keyakinan bahwa tujuan  diadakannya bulan puasa oleh Allah SWT, pasti mereka dapat meraihnya dengan syarat kesungguhan melaksanakan puasa ramadhan dan didasari oleh iman kepada Allah serta mengharap ridha-Nya. Dalam penjelasan hadits dikatakan bahwa baranngsiapa yang berpuasa dengan imann dan mengharap ridha dari Allah SWT, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Penyambutan bulan suci ramadhan bagi kelompok yang optimis terhadap keutamaan terhadap bulan suci yang penuh berkah ini, sudah barang tentu mereka itu  melakukan aktivittas atau amaliah-amaliah ramadhan dengan penuh kesungguhan.
2.      Kelompok yang biasa-biasa saja (netral)
Kelompok netral atau  kelompok yang tidak menunjukkan sikap optimis dan juga tidak menunjukkan sikap pesimis tersebut, padanya menyongsong datangnya bulan yang penuh berkah ini, dengan ekspresi yang biasa-biasa saja. Hal tersebut tercermin pada  kegiatan- atau amaliah ramadhan yang mereka lakukan. Sebagai contok pada kegiatan  ibadah Shalat baik shalat wajib maupun Shalat sunnah yang dilakukannya sama saja ketika melaksanakannya di luar bulan suci ramadhan. Kedatangan bulan ramadhan bagi mereka hanya dianggap sebagai bulan momen keramaian karena secara kebetulan banyak orang  yang melaksanakan shalt jamaah di masjid bak , waktu  shalat isyah maupun waktu shalat subuh. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa sebagian dari mereka hanya menjadikan ajang pertemuan muda-mudi bulan yang penuh ampunan itu.”nauzubillahi minzalik”
3.      Kelompok yang pesimis
Kelompok yang pesimis adalah kelompok yang paling rugi dalan bulan puasa. Betapa tidak, mereka ini termasuk sebagaian kelompok yang tidak tahu dan tidak amau tahu tentang eksistensi bulan yang peruh barakah.  Nabi Muhammad SAW, dalam penjelasan haditsnya, mengatakan bahwa seandainya umatku mengetahui nilai pahala yang ada dalam bulan suci ramadhan maka pasti mereka menginginkan semua bulan dijadikan bulan ramadhan. Begitu luar biasanya muatan pahala di bulan puasa itu. Disamping itu, al-Qur’an diturunkan pada bulan  tersebut. Dan yang paling paripurna  lagi, yakni ada satu malam yang memiliki nilai imbalan pahala yang lebih baik dari seribu bulan. Malam tersebut disebut malam lailatul Qadar.
Oleh karena itu, kelompok pesimis ini akan memperoleh pahala kegiatan ramadhan dengan prosentase yang sangat minim. Dan kelompok tersebut masuk  kategori golongan  orang yang merugi karena tidak berhasil memanfaatkan dan memuliakan bulan suci rramadhan. Terlebih lagi, tidak ada jaminan untuk bertemu dengan bulan ramadhan berikutnya.
c.               Bulan Suci Ramdhan bagi Orang Tua
Kedatangan  bulan suci ramadhan bagi orang tua mempunyai  nuansa sambutan yang berbeda dengan nuansa sambutan yang dilakukan oleh anak-anak. Hal itu disebabakan karena orang tua itu sudah banyak pengalaman tentang penyambutan bulan suci ramadhan. Artinya, orang tua  sudah banyak mngetahui tentang aktivitas yang .harus dilakukan pada bulan suci ramadhan. Hanya saja kelompok orang yang sudah diangggap tua ini,, masih banyak   melakukan aktivitas ramadhan dengan menngulang kebiasaan-kebiasaan yang kurang bangus pada bulan suci ramadhan sebelumnya.. Mereka mengamalkan shalat tarawih tetapi shalat lima waktunya (shala wajidnya) tidak dilaksanakan dengan baik. Begitu pula shalat jamaahnya di masjid, hanya ada pada bulan suci ramadhan. Fenomena aktivitas orang tua seperti tersebut  masih banyak dijumpai di masjid-masjid. Namun  demikian, realitasnya  tetap  harus diakui bahwa masih ada kelompok yang memiliki penyambutan bulan suci ramadhan yang cukup sempurna, hanya saja prosentasenya berada dibawah kelompok yang tidak sempurna.
Fenomena lain  yang umumnya terjadi pada kaum yang berusia ini adalah keutuhan shafnya hanya ada pada awal-awal ramadhan. Lama kelamaan diserobot langsung oleh kaum muda akhirnya pada akhir ramadhan pasukan orang tua tinggal dihitung dengan jari. Bahkan biasa pada malam takbir kelompok tua  ini sudah menghilang entah kemana. Maka dalam pada itu, yang bertahan biasa hanya pak imam  saja. Jadi tinggal pak imam yang ditemani oleh anak-anak mengomandankan takbir.
                                   Bulan puasa  atau bulan ramadhan kalaulah kita kaitkan dengan persoalan usia, maka bulan puasa atau bulan ramadhan itu sudah cukup  tua karena lahirnya bersamaan  dengan adanya Islam.  Oleh karena itu, bilamana bulan Ramadhan dijadikan sebagai sarana latihan atau training maka hasilnya sudah pasti telah menamatkan professor-professor puasa yang tidak sedikit jumlahnya.  Namun realitasnya tidak demikian, masih banyak umat Islam yang tidak mengerti atau tidak memahami tentang puasa (apa itu puasa, bagaimana melaksanakan puasa, dan untuk apa berpuasa,…). Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pekerjaan rumah umat Islam yang harus segera diselesaikan. Hal tersebut dimaksudkan supaya seluruh umat Islam paham betul puasa itu, dan selanjutnya melaksanakannya dengan tepat.
           Di akhir tulisan ini penulis, mengandaikan Bulan Suci Ramadhan itu bagaikan seorang tamu yang sangat agung. Sebagai seorang tamu maka sudah pasti tuan rumah harus memperlakukannya dengan baik. Kesempurnaan perlakuan atau pelayanan terhadap tamu Ramadhan tersebut dengan melaksanakan amaliah-amaliah ramadhan dengan tujuan mencari ridha Allah SWT.  Dengan demikian, maka tamu yang bukan semabrang tamu itu yakni tamu yang membawa berkah itu pasti bermakna dalam kehidupan kita baik dunia maupun akhirak kelak,, insa Allah….
                                                           ……                 WASSALAM..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar