Marhaban Ya
Ramadhan
Oleh : Drs
Abdul rauf TM Pasanre MA
Ekpresi seluruh masyarakat
Muslim dan Muslimah di Indonesia
dalam menyongongg datangnya bulan
suci ramadhan ditunjukkan denggan
berbagai aktivitas keagamaan yang sebahagiannya bernuuansa euforia keagamaan
atau wujud kegembiraan yang terbilang
berlebihan. Penyambutan itu diterjemahkan olehnya menurut versi
masin-masing. Semisal adanya aktiivitas kegembiraan yang berupa
pawai keliling kampung, ada yang ziarah kubur, ada yang pesta kembang api, ada
yang mengadakan pembersihan ditempat-tempat ibadah, dan lain-lan sebagainya.
Gema kegemmbiraan bulan suci ramadhan
itu, bias pantulannya merambah tidak hanya
terbatas pada golongan dan kelompok tertentu saja. Akan tetapi mulai dari anak-anak,, remaja , orang tua, bahkan remaja
masjid, imam masjid, dan penceramah. Kesemuanya itu tak
ketinggalan dalam mengambil peran dalam menikmati
pancaran cahaya keagungan dan kesucian bulan ramadhan. Mereka turut serta
menjadi pelaku utama amaliah rammadhan
sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Makna kedatangan Bulan Suci
Ramadhan bagi masyarakat muslim dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Bulan Suci Ramadhan bagi
Anak-Anak
Kedatangan bulan suci ramadhan bagi anak-anak dijadikannya
momentum awal terjadinya intraksi sosial yang lebih luas. Mereka baru belajar
bersosialisasi dalam bentuk shalat berjamaah, makan kue gratis pada waktu buka
bersama. Pikiran anak-anak atau yang dipahami oleh mereka selama ini kalau mau
makan kue harus dibeli atau di buat sendiri oleh ibunya.Ternyata pada bulan suci ramadhan semua itu gratis. Dari sini mereka bisa
menarik kesimpulan bahwa manusia tidaklah mungkin hidup secara individual maksudnya adalah manusia
itu pasti membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi lain bagi anak-anak dengan
datangnya bulan suci ramadhan selain yang telah disinggung diatas, yakni dapat
bertemu dengan teman lama, seperti teman TK, SD, teman tetangga lama, dan sebagainya.
Oleh karena
itu, dengan momen-momen penting dan mengesankan yang dialami oleh anak-anak
pada bulan suci ramadhan itu membuat mereka senantiasa menginginkan atau merindukan selalu datangnya bulan yang
penuh berkah itu.
b.
Bulan Suci Ramadhan bagi
Remaja
Remaja memaknai bulan suci ramadhan tentunya sangat
bervariasi. Ada yang menyambut datangnya bulan suci ramadhan dengan kegiatan yang
positif, ada yang menyambut datangnya bulan suci ramadhan dengan menjadikan
ajang pertemuan jodoh, ada juga kelompok yang pesimis atau kelompok remaja yang
tidak punya program apa-apa, baginya tidak terlalu menaru harapan terhadap
bulan suci ramadhan, dan lain sebagainya.
1.
Kelompok yang optimis
terhadap keberadaan bulan suci ramadhan. Mereka sangat paham betul tentang fadilah-fadilah
atau keutamaan bulan puasa yakni bulan yang penuh berkah. Keoptimisan mereka
berangkat dari sebuah keyakinan bahwa tujuan
diadakannya bulan puasa oleh Allah SWT, pasti mereka dapat meraihnya
dengan syarat kesungguhan melaksanakan puasa ramadhan dan didasari oleh iman
kepada Allah serta mengharap ridha-Nya. Dalam penjelasan hadits dikatakan bahwa
baranngsiapa yang berpuasa dengan imann dan mengharap ridha dari Allah SWT,
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Penyambutan bulan suci ramadhan bagi kelompok yang
optimis terhadap keutamaan terhadap bulan suci yang penuh berkah ini, sudah
barang tentu mereka itu melakukan
aktivittas atau amaliah-amaliah ramadhan dengan penuh kesungguhan.
2.
Kelompok yang biasa-biasa
saja (netral)
Kelompok
netral atau kelompok yang tidak
menunjukkan sikap optimis dan juga tidak menunjukkan sikap pesimis tersebut,
padanya menyongsong datangnya bulan yang penuh berkah ini, dengan ekspresi yang
biasa-biasa saja. Hal tersebut tercermin pada
kegiatan- atau amaliah ramadhan yang mereka lakukan. Sebagai contok pada
kegiatan ibadah Shalat baik shalat wajib
maupun Shalat sunnah yang dilakukannya sama saja ketika melaksanakannya di luar
bulan suci ramadhan. Kedatangan bulan ramadhan bagi mereka hanya dianggap
sebagai bulan momen keramaian karena secara kebetulan banyak orang yang melaksanakan shalt jamaah di masjid bak
, waktu shalat isyah maupun waktu shalat
subuh. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa sebagian dari mereka hanya
menjadikan ajang pertemuan muda-mudi bulan yang penuh ampunan itu.”nauzubillahi
minzalik”
3.
Kelompok yang pesimis
Kelompok yang pesimis adalah kelompok yang paling rugi
dalan bulan puasa. Betapa tidak, mereka ini termasuk sebagaian kelompok yang
tidak tahu dan tidak amau tahu tentang eksistensi bulan yang peruh barakah. Nabi Muhammad SAW, dalam penjelasan
haditsnya, mengatakan bahwa seandainya umatku mengetahui nilai pahala yang ada
dalam bulan suci ramadhan maka pasti mereka menginginkan semua bulan dijadikan
bulan ramadhan. Begitu luar biasanya muatan pahala di bulan puasa itu.
Disamping itu, al-Qur’an diturunkan pada bulan
tersebut. Dan yang paling paripurna
lagi, yakni ada satu malam yang memiliki nilai imbalan pahala yang lebih
baik dari seribu bulan. Malam tersebut disebut malam lailatul Qadar.
Oleh karena itu, kelompok pesimis ini akan memperoleh
pahala kegiatan ramadhan dengan prosentase yang sangat minim. Dan kelompok
tersebut masuk kategori golongan orang yang merugi karena tidak berhasil
memanfaatkan dan memuliakan bulan suci rramadhan. Terlebih lagi, tidak ada
jaminan untuk bertemu dengan bulan ramadhan berikutnya.
c.
Bulan Suci Ramdhan bagi
Orang Tua
Kedatangan
bulan suci ramadhan bagi orang tua mempunyai nuansa sambutan yang berbeda dengan nuansa
sambutan yang dilakukan oleh anak-anak. Hal itu disebabakan karena orang tua
itu sudah banyak pengalaman tentang penyambutan bulan suci ramadhan. Artinya,
orang tua sudah banyak mngetahui tentang
aktivitas yang .harus dilakukan pada bulan suci ramadhan. Hanya saja kelompok
orang yang sudah diangggap tua ini,, masih banyak melakukan aktivitas ramadhan dengan
menngulang kebiasaan-kebiasaan yang kurang bangus pada bulan suci ramadhan
sebelumnya.. Mereka mengamalkan shalat tarawih tetapi shalat lima waktunya
(shala wajidnya) tidak dilaksanakan dengan baik. Begitu pula shalat jamaahnya
di masjid, hanya ada pada bulan suci ramadhan. Fenomena aktivitas orang tua
seperti tersebut masih banyak dijumpai
di masjid-masjid. Namun demikian, realitasnya tetap
harus diakui bahwa masih ada kelompok yang memiliki penyambutan bulan
suci ramadhan yang cukup sempurna, hanya saja prosentasenya berada dibawah
kelompok yang tidak sempurna.
Fenomena lain
yang umumnya terjadi pada kaum yang berusia ini adalah keutuhan shafnya
hanya ada pada awal-awal ramadhan. Lama kelamaan diserobot langsung oleh kaum
muda akhirnya pada akhir ramadhan pasukan orang tua tinggal dihitung dengan
jari. Bahkan biasa pada malam takbir kelompok tua ini sudah menghilang entah kemana. Maka dalam
pada itu, yang bertahan biasa hanya pak imam saja. Jadi tinggal pak imam yang ditemani oleh
anak-anak mengomandankan takbir.
Bulan
puasa atau bulan ramadhan kalaulah kita
kaitkan dengan persoalan usia, maka bulan puasa atau bulan ramadhan itu sudah
cukup tua karena lahirnya bersamaan dengan adanya Islam. Oleh karena itu, bilamana bulan Ramadhan
dijadikan sebagai sarana latihan atau training maka hasilnya sudah pasti telah
menamatkan professor-professor puasa yang tidak sedikit jumlahnya. Namun realitasnya tidak demikian, masih
banyak umat Islam yang tidak mengerti atau tidak memahami tentang puasa (apa
itu puasa, bagaimana melaksanakan puasa, dan untuk apa berpuasa,…).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pekerjaan rumah umat Islam yang harus
segera diselesaikan. Hal tersebut dimaksudkan supaya seluruh umat Islam paham
betul puasa itu, dan selanjutnya melaksanakannya dengan tepat.
Di akhir
tulisan ini penulis, mengandaikan Bulan Suci Ramadhan itu bagaikan seorang tamu
yang sangat agung. Sebagai seorang tamu maka sudah pasti tuan rumah harus
memperlakukannya dengan baik. Kesempurnaan perlakuan atau pelayanan terhadap
tamu Ramadhan tersebut dengan melaksanakan amaliah-amaliah ramadhan dengan
tujuan mencari ridha Allah SWT. Dengan
demikian, maka tamu yang bukan semabrang tamu itu yakni tamu yang membawa
berkah itu pasti bermakna dalam kehidupan kita baik dunia maupun akhirak
kelak,, insa Allah….
…… WASSALAM..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar