Selasa, 10 Februari 2015

Tanah lahirankuKaloling Sinjai Timur Tanah Kelahiranku Cermin Generasiku


   Kaloling sinjai timur Tanah Kelahiranku
        cermin budaya generasiku
                   Oleh : Abd. Rauf TM Pasanre MA

Untuk menghindari terjadinya kehilangan jati diri budaya asli orang bugis khususnya orang bugis Kaloling Sinjai, maka upaya antisifatif mutlak dilakukan, terutama pada terjadinya pergantian generasi, yang sangat mungkin dapat mengaburkan nilai sakral leluhur suku bugis khusunya suku bugis Kaloling Sinjai, maka perlu mengungkap dan  meluruskan  seluruh  fakta sejarah  dari bebagai aspek kehidupan suku bugis Kaloling Sinjai, mulai pertama tanah Kaloling Sinjai di huni manusia sampai ada taraf perkembangannya seperti saat sekarang ini. Upaya realisasinya harus dibuktikan dengan menelusuri atakah   mencatat seluruh  jejak sejarah kehidupan yang pernah terjadi pada setiap daerah di Kaloling Sinjai. Penelusuran tentang sejarah kehidupan manusia pada masa lampau itu tidaklah menyulitkan. Alasannya sangat jelas yakni bahwa suku bugis khususnya suku bugis Sinjai, sejak dulu sudah dikenal memiliki organisasai pemerintahan atau pemimpin (Raja ataukah Arung), seperti Arung Tondong, Arung  Kaloling, Arung Lamatti, dan seterusnya.
Oleh karena itu, figur- figur  pemimpin tersebut tidaklah seharusnya berakhir dengan berakhirnya masa kepemimpinannya. Akan tetapi generasi  berikutnya tidak ada jalan lain kecuali harus mewarisi dan mengabadikannya. Generasi sekarang dapat menerimanya sebagai bagian dari sejarah. Maka dari itu,  kalau boleh diusul untuk dijadikan salah satu pembelajaran muatan lokal yang harus diajarkan pada tingkatan sekolah dasar.
Sungguh tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa tidak sempurna kepedulian kita terhadap nasib generasi muda khususnya generasi muda kaloling sinjai, kalau kita membiarkan kabur terhadap nilai budayanya bahkan tercabut dari akar budaya aslinya tanpa kita mengarahkan untuk mengenali lebih mendalam budaya dan sejarah kehidupan daerahnya.
Konsep sinjai bersat menurut hemat penulis, sesungguhnya dalam realitas pengamalannya sudah tidak utuh lagi. Penyebabnya karena banyak masyarakat  khususnya masyarakat Kaloling sinjai yang tidak memahami konsep itu dan tidak pernah mau tahu tentang adanya konsep tersebut. Maka yang yang terjadi di lapangan adalah mereka hanya sibuk mengurus kehidupan dan kepentingannya sendiri-sendiri.
Menyikapi kondisi generasi tua dan generasi baru, munkin saja terjadi jurang pemisah begitu jauh, disebabkan prinsip hidup orang bugis yang dahulunya disakralkan telah berubah menjadi sesuatu yang dianggap tidak berguna lagi.  Generasi muda sekarang ini sudah tidak mengenal isi konsep perjanjian Tofekkong, yang merupakan cikal bakal lahirnya konsep Sinjai bersatu. Bahkan momentum perjanjian Tofekkong ini dianggap sebagai momentum kelahiran tanah Sinjai sekarang. Kalaulah generasi sebagai penerus dan sekaligus pewaris generasi lama, alu kabur atau tidak mengemahami sama sekali eksistensi perjanjian Tofekkong tersebut. Maka hampir dapat dipastikan bahwa generasi itu orienrasinya menjadi kabur  dan biasnya berpengaruh terhadap jati dirinya sebagai orang bugis. Fenomena itu dapat dilihat dengan seringnya terjadi perselisihan,, kesalapahaman, dan sebagainya, yang penyebabnya hanya masalah sepele saja.ahal ini membuktikan bahwa pemahaman menyeluruh tentang eksistensi bugis sesungguhnya masih kurang dimaknai dalam hidup dan kehidupan dalam bermasyarakat, khususnya di tanah Kaloling injai Timur Kabupaten Sinjai.
Pemilihan legislatif tanggal 9 April 2014 yang baru saja usai merupakan salah satu bukti dan contoh kecil bahwa kita kurang memaknai kebersamaan dan persatuan diantara sesama orang Kaloling sinjai. Banyak figur yang berkompeten yang kita miliki, maju sebagai calon perwakilan orang  Kaloling sinjai tetapi tidak mendapat simpati dari orang Kaloling  sinjai itu sendiri. Fakta-fakta lain masih begitu banyak yang tidak disebutkan dalam catatan ini. Simpul sederhana bisa dikatakan bahwa nilai persatuan orang Kaloling sinjai retak karena faktor egoisme dan kepentingan sesaat yang bersifat individualisme.Disamping itu, mereka pada lupa tentang adanya nilai-nilai luhur bugis yang patut diteladani generasi sekarang ini.
Dalam konteks itu, maka fenomena yang mewarnai kehidupan  masyarakat Kaloling sinjai dan benuansa negatife, sekaligus mencederai semangat persatuan suku bugis  Kaloling Sinjai. Hal itu dibuktikan dengan adanya komplit antara warga atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Peristiwa amuk massa, penganut aliran sesat di Desa Kaloling sebagai contok kongrit retaknya ukhuwah bugis Kaloling Sinjai yang lahir dari motivasi perjanjian to pekkong tersebut diatas.
Oleh karena iu, patutlah kiranya kita semua bertanya  pada diri kita sendiri. Adakah sumbangsi ukhuwah yang pernah kita teteskan pada tanah kelahiran kita?apakah para pendahulu kita salah mewariskan pendidikan dan budaya pada generasinya? Apakah rantai politik kolonialisme masih belum terputus pada pemikiran masyarakat kita saat ini? Apakah dirumah-rumah masyarakat Kaloling sinjai, sudah tidak ada pemimpin keluarga yang mengajarkan tata kramat bagi anak-anaknya (orang tua), apakah masyarakat Kaloling sinjai sudah tergolong masyarakat bugis yang tercabut dari akar budaya aslinya? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita lontarkan terhadap problem-problem yang terjadi di tanah  bugis  Kaloling Sinjai.


                ……………………………           wassalam

2 komentar:

  1. bisa minta bahasa bugisnya Puang.

    BalasHapus
  2. http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/iphone-x-versi-murah-meluncur-tahun.html
    http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/ini-dua-nama-kandidat-ketum-golkar-bila.html
    http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/saham-amazon-naik-kekayaan-jeff-bezos.html


    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus