Kaloling Sinjai timur Kabupaten Sinjai
memahami “ ajaran “ yang diperkiarkan
aliran sesat
Oleh : Abd. Rauf TM Pasanre MA
Masyarakat
Kaloling selain dikenal sebagai masyarakat pekerja keras dan sifat
temperamental, juga diikenal sebagai
masyarakat yang cukup religi. Penghuni tanah Kaloling sejak dulu sudah ada yang
menjadi penyiar agama, seperti Da’I, Ustaz, Qari/Qariah , dan lain
sebagainya. Diantaranya adalah Muhammad
Yusuf Salihah almarhum dan almarhumah) sebagai guru penerjemah al-Quran, Ustaz
Ali Taba (almarhum) sebagai Da’I atau juru dakwah yang cukup ekstrim ditanah Kaloling pada masanya,
M. Yahya Tappa sebagai guru agama yang
pada sanggat paham tentang ilmu agama (murid dari sebutan kali balangnipa
penyiar agama di Sinjai bahkan diluar sinjai), M. Rusdiawan sebagai Qari
Nasianal, yang mulia H.Mappanyompa
sebagai dokter di tanah Suci Mekah, dan lain seterusnya.
Kalau kita
membaca deretan nama masyarakat Kaloling tersebut,mungkin saja yang timbul dipikiran kita bahwa ternyata komunitas masyarakat tersebut sejak dulu
telah memiliki sumber manusia yang memiliki kualitas keagamaan yang cukup tingggi.
Mungkin juga benak kita mengarah kepada suatu realitas keberhasilan membina
masyarakat Kaloling terutama pada aspek keagamaan yang sudah sangat matan.
Mungkin juga ada yang beranggapan bahwa masyarakat tanah Kaloling sudah memiliki nuansa keagamaan yang kondusif.
Namun realitasnya masih jauh dari harapan. kesennjanggan antara harapan dan
kenyataan atau belum sinkronnya´ das
sein dan “das solllen”.
Masyarakat tanah Kaloling sekarang ini dilanda bencana
besar, yakni terkena erosi akidah. Akibatnya banyak masyarakat kaloling yang
memilih paham-paham yang disinyalir paham tersebut masuk kategori aliran yang
menyesatkan.’Nauzubillahi minzalik”.
Dosa apakah yang pernah dilakukan
masyarakat kaloling sampai membuat akidahnya terkikis dan ketauhidannya menjadi
luntur dan hilang sama sekali. Petaka besar terjadi ketika terhapusnya
kecintaan seorang hamba terhadap Tuhannya hanya karena dimming-immingi soal
harta atau kekayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecintaan terhadap materi
masih lebih dominan dibandingkan dengan kecintaannya terhadap Allah SWT.
Kikisan akidah
yang terjadi pada masyarakat Kaloling membuatnya berani membanth Al-Qu;an dan
Hadits. Mereka tidak mengakui sebagian kaidah-kaidah fiqhi. Buktinya mereka
mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya. Mereka mengaku Islam tetapi praktik pengabdian yang
dilaksanakan sangat berbeda dengan praktik pengabdian yang dilaksanakan oleh
umat Islam. Semisal rukun Islan yang terdiri atas lima perkara, sekaligus
meupakan pondasi dibangunnya Islam itu menurut paham sebagian masyarakat
Kaloling, dianggapnya bukan hal yang pokok
pada ajarannya. Disamping itu, pelaksanaan Shalat lima waktu yang
merupakan kewajiban umat Islam, mereka mempraktikannya dengan bentuk yang
berbeda.
Oleh karena itu,
bilamana kita menelusuri secara saksama seluruh praktik ajarannya, maka sangatlah
jelas bahwa tidak sama dengan Islam, sehingga cukup alasan untuk mengatakan
bahwa bukan Islam. Pernyataan ini didasari oleh realitas aktivitas mereka
sehari-hari. Keresahan demi keresahan terjadi di dalam masyarakat karena berada
pada dua alternaif yang memaksanya untuk mmemilih salah satunya. Lebih tragis
lagi, keretakan keluarga mengancam yakni suami, isteri dan anak akan memilih
jalannya sendiri-sendiri. Dengan perkataan lain harus menempuh jalur pintas berpisah atau
bersatu paham.
Dalam kondisi dan
situasi kehidupan keagamaan seperti saat ini, maka solusi yang terbaik adalah dengan jalan muhasabah. Masyarakat
Kaloling secara keseluruhan harus
mengintropeksi dirinya tanpa terkecuali mulai dari pemerintah, masyarakat,
tokoh agama, pendidik, pemuda,
organisasi, dan lain sebagainya.Dengan mereviw keberadaan dan fungsi konfonen
tersebut, maka akan ditemukan titik lemah, kesalahan , dan temasuk
sebab-sebabnya.
Oleh sebab itu eksistensi
dan fungsi konfonen tersebut pula menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menentukan
warna masyarakat tanah Kaloling pada
saat sekarang . Harapannya agar semua konfonen masyarakat Kaloling memahami
dirinya dan berusaha mmenciptakan keharmonisan dalam hidup dan kehidupannya.
Sehingga Tanah Kaloling menjadi damai, tenteram, dan besatu seperti dahulu
kala.
Masyarakat
Kaloling sudah bukan pada saatnya berpikir tentang bagaimana konsep persatuan
yang cocok diterapkan pada masyarakat itu. Akan tetapi sudah saatnya membuat
dan melaksanakan semboyang yang dapat mempersatukan seluruh tanah Kaloling. Contoh
Semboyangnya seperti,” Kaloling Bersaudara”, “Kaloling bersatu”,, dsb.
Masyarakat
Kaloling sekarang juga, seharusnya jangan melupakan sejarah kehidupan
masyarakatnya pada masa lalu. Begitu pula jangan terlalu cepat melupakan
prinsip-prinsip kehidupan orang tua kita dulu diberbagai aspek kehidupan hanya
dengan alasan sudah ketinggalan zaman, tidak level, dan kurang kompetitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar