Selasa, 15 Juli 2014


Kaloling Sinjai timur Kabupaten Sinjai memahami “ ajaran  “ yang diperkiarkan aliran sesat
Oleh : Abd. Rauf TM Pasanre MA
Masyarakat Kaloling selain dikenal sebagai masyarakat pekerja keras dan sifat temperamental,  juga diikenal sebagai masyarakat yang cukup religi. Penghuni tanah Kaloling sejak dulu sudah ada yang menjadi penyiar agama, seperti Da’I, Ustaz, Qari/Qariah , dan lain sebagainya.  Diantaranya adalah Muhammad Yusuf Salihah almarhum dan almarhumah) sebagai guru penerjemah al-Quran, Ustaz Ali Taba (almarhum) sebagai Da’I atau juru dakwah yang cukup  ekstrim ditanah Kaloling pada masanya, M.  Yahya Tappa sebagai guru agama yang pada sanggat paham tentang ilmu agama (murid dari sebutan kali balangnipa penyiar agama di Sinjai bahkan diluar sinjai), M. Rusdiawan sebagai Qari Nasianal, yang mulia H.Mappanyompa  sebagai dokter di tanah Suci Mekah, dan lain seterusnya.
Kalau kita membaca deretan nama masyarakat Kaloling tersebut,mungkin saja yang timbul  dipikiran kita bahwa ternyata  komunitas masyarakat tersebut sejak dulu telah memiliki sumber manusia yang memiliki kualitas keagamaan yang cukup tingggi. Mungkin juga benak kita mengarah kepada suatu realitas keberhasilan membina masyarakat Kaloling terutama pada aspek keagamaan yang sudah sangat matan. Mungkin juga ada yang beranggapan bahwa masyarakat tanah Kaloling sudah  memiliki nuansa keagamaan yang kondusif. Namun realitasnya masih jauh dari harapan. kesennjanggan antara harapan dan kenyataan atau belum  sinkronnya´ das sein dan “das solllen”.
Masyarakat  tanah Kaloling sekarang ini dilanda bencana besar, yakni terkena erosi akidah. Akibatnya banyak masyarakat kaloling yang memilih paham-paham yang disinyalir paham tersebut masuk kategori aliran yang menyesatkan.’Nauzubillahi minzalik”.  Dosa  apakah yang pernah dilakukan masyarakat kaloling sampai membuat akidahnya terkikis dan ketauhidannya menjadi luntur dan hilang sama sekali. Petaka besar terjadi ketika terhapusnya kecintaan seorang hamba terhadap Tuhannya hanya karena dimming-immingi soal harta atau kekayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecintaan terhadap materi masih lebih dominan dibandingkan dengan kecintaannya terhadap Allah SWT.
Kikisan akidah yang terjadi pada masyarakat Kaloling membuatnya berani membanth Al-Qu;an dan Hadits. Mereka tidak mengakui sebagian kaidah-kaidah fiqhi. Buktinya mereka mengharamkan yang dihalalkan dan sebaliknya. Mereka  mengaku Islam tetapi praktik pengabdian yang dilaksanakan sangat berbeda dengan praktik pengabdian yang dilaksanakan oleh umat Islam. Semisal rukun Islan yang terdiri atas lima perkara, sekaligus meupakan pondasi dibangunnya Islam itu menurut paham sebagian masyarakat Kaloling, dianggapnya bukan hal yang pokok  pada ajarannya. Disamping itu, pelaksanaan Shalat lima waktu yang merupakan kewajiban umat Islam, mereka mempraktikannya dengan bentuk yang berbeda.
Oleh karena itu, bilamana kita menelusuri secara saksama seluruh praktik ajarannya, maka sangatlah jelas bahwa tidak sama dengan Islam, sehingga cukup alasan untuk mengatakan bahwa bukan Islam. Pernyataan ini didasari oleh realitas aktivitas mereka sehari-hari. Keresahan demi keresahan terjadi di dalam masyarakat karena berada pada dua alternaif yang memaksanya untuk mmemilih salah satunya. Lebih tragis lagi, keretakan keluarga mengancam yakni suami, isteri dan anak akan memilih jalannya sendiri-sendiri. Dengan perkataan lain  harus menempuh jalur pintas berpisah atau bersatu paham.
Dalam kondisi dan situasi kehidupan keagamaan seperti saat ini, maka solusi yang terbaik  adalah  dengan jalan muhasabah. Masyarakat Kaloling  secara keseluruhan harus mengintropeksi dirinya tanpa terkecuali mulai dari pemerintah, masyarakat, tokoh agama, pendidik,  pemuda, organisasi, dan lain sebagainya.Dengan mereviw keberadaan dan fungsi konfonen tersebut, maka akan ditemukan titik lemah, kesalahan , dan temasuk sebab-sebabnya.
Oleh sebab itu eksistensi dan fungsi konfonen tersebut pula menjadi sesuatu yang sangat penting  dalam  menentukan warna masyarakat tanah  Kaloling pada saat sekarang . Harapannya agar semua konfonen masyarakat Kaloling memahami dirinya dan berusaha mmenciptakan keharmonisan dalam hidup dan kehidupannya. Sehingga Tanah Kaloling menjadi damai, tenteram, dan besatu seperti dahulu kala.
Masyarakat Kaloling sudah bukan pada saatnya berpikir tentang bagaimana konsep persatuan yang cocok diterapkan pada masyarakat itu. Akan tetapi sudah saatnya membuat dan melaksanakan semboyang yang dapat mempersatukan seluruh tanah Kaloling. Contoh Semboyangnya  seperti,” Kaloling  Bersaudara”, “Kaloling bersatu”,, dsb.
Masyarakat Kaloling sekarang juga, seharusnya jangan melupakan sejarah kehidupan masyarakatnya pada masa lalu. Begitu pula jangan terlalu cepat melupakan prinsip-prinsip kehidupan orang tua kita dulu diberbagai aspek kehidupan hanya dengan alasan sudah ketinggalan zaman, tidak level, dan kurang kompetitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar